“Kami
setuju yang memimpin BTN harus dari unsur anggota Exco sendiri. Oleh
karena itu, sebagai ketua BTN kami serahkan langsung kepada La Nyalla
Mahmud Mattalitti. Untuk struktur ke bawahnya kami mandatkan kepada BTN
untuk menyelesaikannya,” ujar Hadiyandra.
Padahal seperti
kita ketahui semua, awal berdirinya Badan Tim Nasional (BTN) ini
merupakan sebuah solusi dalam hal mempersatukan segala potensi anak
bangsa terkait kesempatan untuk membela Timnas dimana pada waktu itu
pihak KPSI bersedia memberikan pemainnya yang berlaga di Liga ISL untuk
membela Timnas apabila Timnas dikelola oleh Badan Independen terlepas dari PSSI.
Itu sesuai dengan apa yang dicanangkan Menpora Roy Suryo
beserta tim kerjanya, membentuk Badan Tim Nasional (BTN), yang
diharapkan bisa memfasilitasi penyatuan para pemain yang berlaga di dua
kompetisi (ISL dan IPL), dalam tubuh timnas.
“Kami
menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah di tubuh timnas,
yaitu akan membuat Badan Tim Nasional atau apapun namanya. Badan
tersebut mengatur pemanggilan timnas dan pemain yang terdiri dari para
pengurus PSSI dan PSSI KLB Ancol yang berkompeten menangani timnas,” ujar Roy Suryo kepada wartawan.
Dan kalau
kembali kita menyoal mengenai keberadaan BTN dengan kondisi yang ada
sekarang tentunya keberadaannya sudah tidak ada urgensinya / diperlukan
lagi mengingat situasi dan kondisi yang sudah jauh berbeda dibanding
saat sebelum adanya kesepakatan damai 27 Februari dan dilanjut dengan
Kongres Luar Biasa PSSI tanggal 17 Maret yang lalu.
Bahkan pada awal
berdirinya dulu sudah pernah menjadi polemik tentang keberadaan BTN ini
dimana pada saat itu Sekretaris Jenderal PSSI, Halim Mahfudz
yang menghargai upaya pihak Kemenpora dalam rangka menyelesaikan konflik
dua kubu PSSI yang diawali dari sisi timnas. Tapi juga sekali gus
menyatakan pembentukan timnas tetap berada di bawah yurisdiksi induk
organisasi sepak bola Indonesia, sedangkan BTN tidak ada dalam struktur
organisasi
“Timnas
jelas di bawah yurisdiksi PSSI. Dalam statuta PSSI memang disebutkan
soal BTN, tapi tidak dipaparkan secara jelas mengenai struktur
organisasi serta tugasnya. Yang jelas ada hanya Komisi Ad Hoc Timnas
dengan tugas mengembangkan pemain-pemain timnas dari usia dini,” tegas Halim, di Kantor PSSI.
Selang beberapa waktu kemudian muncul Surat keputusan pengangkatan Isran Noor bernomor SKEP/08/JAH/I-2013 bertanggal 11 Januari 2013 dan ditandatangani
Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin. Dalam SK itu dijelaskan penunjukan
Isran Noor didasarkan pada rapat Exco PSSI yang digelar 4 dan 27
Desember 2012.
Sampai pada akhirnya muncul polemik di BTN setelah adanya pergantian pelatih Timnas BTN dari Luis Manuel Blanco ke duet Rahmad Darmawan dan Jaksen F. Tiago
beberapa hari menjelang akan berlangsungnya pertandingan Pra Piala Asia
antara Timnas Indonesia melawan Arab Saudi, yang dilakukan tampa
sepengetahuan Irsan Noor sebagai ketua BTN, oleh wakil ketua BTN Herbiansyah setelah berkoordinasi dengan La Nyala sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
Yang kemudian berbuntut komentar dari Wakil ketua umum terpilih pada KLB 17 Maret lalu, La Nyalla Mattalitti yang mengungkapkan bahwa ketua BTN, Isran Noor harus diganti dari jabatannya karena dinilai tak layak dan tak mengerti tentang dunia sepakbola.
“Isran
Noor itu tidak ngerti bola. Kalau mengerti dia tidak akan banyak omong
soal internal BTN. Sebab apapun keributan di internal tidak boleh
diungkap keluar,” katanya pada Kamis (4/4).
Dan akhirnya
semua telah dibuktikan Dalam rapat Exco PSSI yang digelar di Hotel
Shangri-La Surabaya, kemarin (9/4) memutuskan untuk memberhentikan Isran Noor dari Ketua BTN.
Sementara itu timbul beberapa tangapan mengenai pergantian ini antara lain dari Direktur Media PSSI, Tommy Arief menyebut bahwa hal ini tak lebih dari sebuah pelecehan. Dia berpendapat bahwa lebih baik Isran Noor didepak saja dari kepengurusan BTN ketimbang dilecehkan sedemikian rupa
“Keputusan ini sangat rapuh. Kepengurusan BTN disahkan oleh Surat Keputusan yang resmi. Tak bisa begitu saja diubah,” ujar Tommy, pada Bola.net.
“Paling
tidak, harus dipanggil terlebih dahulu lalu melakukan presentasi
mengenai program-program ke depan. Kalau ada yang kurang baru
dievaluasi. Ini kita tidak diundang ke Surabaya, tiba-tiba muncul kabar
mengejutkan seperti ini. Memang, Pak Isran sempat diminta untuk
presentasi. Namun, pada kenyataannya, dia nggak diundang,” Tommy menambahkan.
Adapun tangapan dari Irsan Noor menyangkut keputusan Exco tersebut, “Saya
tidak tahu, kalau memang benar demikian, ya terserah saja. Tidak ada
masalah bagi saya. Kalau rakyat mendukung, ya silakan,” ujar Isran.
Dan juga menyatakan kalau dirinya tidak mempunyai kepentingan dalam mengurus bola. “Saya tidak memiliki kepentingan di situ, termasuk kepentingan politik. Saya betul-betul ingin membina timnas kita dengan baik,” ujar Isran.
Selesailah sudah segala sesuatu berkaitan dengan BTN sebagai Badan Tim Nasional yang Indenpenden dimana ide
besarnya berasal dari Menpora Roy Suryo, dengan niat awal dan misi
yang sudah bergeser dari semestinya, dan sepertinya tidak dibutuhkan
lagi karena dengan gaya kepemimpinan “Manajemen One Man Show” dari LNM akan membenturkan semua aturan yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Tinggalkan Komentarnya Dulur
EmoticonEmoticon